Rabu, 22 September 2010

61151



Aku duduk tergumam.

Memperhatikan senja hitam dari sudut tercantik.

Apakah suatu hari Tuhan merubahnya?

Bayu lembut mengelus wajahku.

Menghirupnya dalam - dalam.

Aku belum beranjak.

Di sini jantungku berdetak abnormal.

Ini dimana sepeda tua setia berdecit untukku.

Dan ini dimana belum tepat dalam kamus kata sendiri.

Buai. .Buailah aku sebisamu. .

Aku belum butuh cacian tentangmu. .

Suatu saat ketika pecundang berlutut di depanku.

Aku kembali ke pelukanmu. .


that's why i hate the night. .

Malam selalu membuatku tertekan.

Bukan karena apa.

Senar gitar ketiga yang membuat laguku makin sumbang.

Mengantarkan satu demi satu biji keadaan.

Dimana tercipta hanya tuk berkasihan.

Tapi tak untukku. . .

Rumah besarku diterjang lelah..

putus harapan terikat - ikat sejak kalanya..

Menanti tak lagi jadi elegi pagi yang menyenangkan.

Membusuk sudah kini.

terlalu mudah terjadi episode - episode itu.

aku terlalu lelah dengan bosan.

Kereta yang kunanti nanti tak kunjung tiba di stasiun.

ia pindah haluan barangkali..

muaknya diriku berlama - lama menatap laut tenang.

kemana ombak perkasa itu???

sudahlah. . 

kuputuskan pulang saja dan berhenti selamanya.

Sampai mercusuar memberi tanda,

dan aku ( mungkin ) kembali

menggandeng kepastian. .

untitled 2

aku digoda keraguan

disentil kebahagiaan sepersekian detik memilikimu.

mencoba mngais - ngais hara,sayang. .

biar tumbuh lebih indah.

Sudinya kau memberikan cuma - cuma.

Jangan doktrin aku !

doktrin yang jadi harumnya mawar,

legitnya cokat swiss

Bunuh aku saja atau

selamatkanku segera..

nyawaku tlah di ubun - ubun 

lara sendiri

aku seorang diabetes yang ingin menelan semua manisnya walau nyata mematikan

Senin, 20 September 2010

lara sendiri

aku seorang diabetes yang ingin menelan semua manisnya walau nyata mematikan. .