Kamis, 21 November 2013

Setahun Kemudian. .

Jika kau lihat simpangan di depanmu,

teruslah berjalan.

Kupilih jalanku.

Kau dan mereka menyumpahiku.

Ujung jalanku tak bertemu ikhlas.

Kupilih jalan di kanan jalanmu.

Teruslah berjalan.

Jalanku selalu lebih menawar kutukan lalu.

Aku berjalan di jalanku.

Jalan simpangan depan.

Di kanan jalanmu.

Ujungmu takkan temui aku.

Selasa, 16 Oktober 2012

Kalah

Kepada hati yang kejam.


Baiknya segera lakukan maumu.

Jangan beri waktu, karena akan hilang semua.

Kepada hati yang tak pernah mau diatur.

Lakukan saja.

Menunggu akan melemahkanmu.

Kepada hati yang selalu diam.

Carilah kebebasnmu sendiri.

Berpikir dalam akan membuatmu bodoh.

Kepada hati yang menyerah.

Anggap saja ini akhirnya.

Dan akhir bukan selalu bahagia.

Rabu, 28 Desember 2011

syair kering

Aku takkan pernah tahu kapan buncahan perutku selesai.

Aku mungkin salah mengeja atau menerjemahkan

apa yang sesungguhnya melompat.

Geliatnya terasa benar di perut.

Aku tak pernah benar tersadar sejak kapan.

Aku hanya yakin tanpa tahu ini akan berhenti.

Saat seluruh sisa retakan serpih kecil - kecil yang kusebut

'tentangmu' sama sekali tak bersisa.

Kamis, 03 November 2011

Bola Rajut Debu. .

Dear bola - bola rajut duri.

Bisakah kau ajarkan?

Bagaimana rajutan-rajutanmu saling berpeluk.

Apakah harus jadi tua dan berdebu?

Bahkan warna-warni pudar.

Kau tetap berpeluk.

Lalu apakah yang seperti ini juga bisa?

Receh-receh pecah yang lembek.

Kemudian apa yang ini bisa?

Tetes- tetes yang mengkristal.

Apa harus denganmu?

Dear bola-bola rajut debu.

Bukan tanda-tanda lengkung itu yang kuhimpun.

Dan debu-debu pula kukumpulkan.

Kucoba untuk jadi sepertimu.

Bola-bola rajut debu.

Minggu, 21 Agustus 2011

'Lagu untuk Sebuah Nama' : musikalisasi batin yang gamblang :)


Ini pukul 23.04 WIB.

Tiba - tiba ingat beberapa hari lalu.

saya dengar sebuah lagu di salah satu tempat jual beli.

Lagu Ebiet G Ade.

Saya bukan penggemar beratnya.

Tapi karena saya tumbuh dengan alunan lagu - lagunya setiap pagi,

mau tak mau kesukaan bapak mendarah daging.

Lagu itu. Tak banyak yang tahu untuk manusia seumur saya.

Apalagi anggapan - anggapan mereka tentang penyanyi lawas ini yang jelas

mereka anggap 'angkatan lama'.

Oke,kembali ke inti.

Judulnya 'Lagu Untuk Sebuah Nama'.

Lalu apa yang membuat saya benar - benar ingat lagu itu?

Simple.

Musikalisasi batin yang gamblang.

Jelas.

Sangat tidak bertele - tele.

(sekali lagi,maaf saya tidak pandai bercerita --')

Memangnya seperti apa musikalisasi batin yang simple itu?

Mungkin yang paling 'jleb' di hati dan ingetan saya adalah bait berikut,


'Mengapa aku mesti duduk disini,

sedang kau tepat di depanku.

Mestinya aku berdiri berjalan di depanmu,

kusapa dan kunikmati wajahmu atau

kuisyaratkan cinta.

Tapi semua tak kulakukan,

kata orang cinta mesti berkorban'.


untuk beberapa orang mungkin biasa.

Kesimpulannya tidak untuk saya.

Dan lagu ini sukses, membuat otak saya bekerja malam buta.

Berpikir tentangnya :)



Senin, 15 Agustus 2011

digit istimewa #edisimerahputih

Bulatan hitam pekat.

Lekat – lekat.

Hinggap pada satu lingkaran.

Merah.

Segar.

Tulus melindungi barisan digit istimewa.

Pada lembaran suci.

Bening.

Bersih.

Lalu hujan atau air apa jatuh.

Dari sana.

Bulatan hitam pekat.

Sadar digit itu tak lagi istimewa.

Sudah pudar.

Lenyap.

jawab tanyaku :)

Lalu apalagi yang kau tanyakan?

Setelah ratusan pertanyaan kujawab.

Lanjutkan pertanyaanmu.

Bahwa aku sangat hafal pertanyaanmu yang entahlah,

ke lima puluh tujuh barangkali.

Kukira hanya itu yang penting.

Lalu apalagi?

Kurasa sudah kujawab smuanya.

Lalu sanggupkah kau menjawab pertanyaanku ?

Jangan takut.

Cuma satu.

‘apalagi pertanyaanmu?’